June 30, 2004

...Dimana Aku?

 

Sabtu, 26 Juni 2004
dinihari menjelang pagi

Aku berada di dalam sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan yang nyaris maksimal. Tidak, aku tidak menyetirnya. Aku berada di kursi penumpang, mobil ini melaju dengan sendirinya menyusuri jalan tol yang seperti tiada akhir ini.
Mataku menatap lurus ke depan.
Dinding pembatas pinggir jalan semakin tinggi semakin ke depan. Dari kejauhan tampak dua buah menara di kanan dan kiri jalan, seperti sebuah gerbang. Tinggi menjulang, bagian atasnya tak kelihatan.
Ternyata jalan tol ini ada juga akhirnya.
Di depan sana jalan tol berakhir, langsung disambung padang rumput hijau. Sangat hijau malah. Karena begitu aku turun dari mobil dan melangkah, yang kulihat semua berwarna hijau. Yah, hampir semuanya sih, kecuali pohon besar jauh di depanku itu.
...Tempat apa ini?


Aku melangkahkan kaki ke pohon besar itu. Sulur-sulur menjuntai dari balik daun-daun hijaunya yang rimbun.
Aku menghirup nafas dalam-dalam. ...sejuk!
Aku tahu ini hanya mimpi, tapi kenapa terasa begitu nyata?
Udaranya dingin, benar-benar seperti di pegunungan.
Awan putih berarak-arak di langit biru, sangat memesonakan. Sudah banyak kulihat langit indah, namun belum ada yang seindah ini.
Sekejap aku terpana.

Aku sampai di tepi pohon. Ternyata di daerah kiri pohon itu ada persawahan. Kulihat beberapa orang sedang asyik mengerjakan sawahnya tanpa perlu menyadari aku ada di sini. Aku melangkah lagi, lalu terhenti.
Karena aku berada di tebing yang sangat tinggi, memandang ombak yang berdebur-debur menghantam persis di bagian paling bawah tebing yang aku injak ini.

Di bawah hanya ada laut yang menghampar biru . Laut dan langit hanya terpisah karena horison yang menginginkan mereka terpisah. Kemilau-kemilau putih sinar matahari memantul dari situ. Di atas laut banyak terdapat... teratai?
Ya, itu memang bunga teratai, besar sekali memang.
Aku menoleh. Seorang wanita cantik berambut hitam panjang telah meninggalkan pekerjaan sawahnya dan mendatangiku.
Aku kembali melihat teratai-teratai itu. Besar sekali memang, diameternya hampir lima kali panjang tubuhku.
Aku menoleh lagi ke wanita itu. Di mana ini? Aku bertanya.
Tidak ia menjawab, hanya tersenyum. Wajahnya penuh damai, membuat aku lupa akan segala sesuatu.

Entah bagaimana, yang aku tahu, aku rebah di tempat aku tadi berdiri, dengan bayangan si pohon besar menaungiku.
...apakah ini surga? Damai sekali rasanya.
Pikiranku melayang-layang, terbuai oleh kedamaian tempat itu.

Tiba-tiba satu pertanyaan mengganggu,
Kalau ini benar surga, mengapa kau tidak ada disebelahku?

<< Home