December 31, 2004

Nocturno (bagian kedua)

 

Saat-saat menunggu hujan begini malah membuat aku mengantuk bosan.
Haha, lucu sekali. Tolong ya otakku, kalau mau mengantuk, mengantuklah di tempat yang layak tidur.
Untungnya tak berapa lama, hujan berhenti. Ya, tidak berhenti sepenuhnya sih, tetap saja ada rintik gerimis.
Ah sudahlah, aku sudah bosan menunggu.
Aku bangkit, kupandangi Pak Tua yang masih meringkuk kedinginan. Ingin aku iba, namun hatiku tidak merasakan apa-apa.
Aku berpikir untuk memberinya uang receh, tetapi kuurungkan niatku itu. Dia kan sedang tidur dan tidak mengemis sekarang, pikirku.
Mungkin lain kali saja ya, Pak Tua. Sampai jumpa, kalau kita masih akan bersua.
Huff, angin dinginnya mulai menerpa mukaku. Aku terus berjalan mengikuti jalan ini yang terus lurus dan belum tampak juga akan berakhir dimana.
..berakhir di dirimu, semoga.
Lewat tengah malam jalanan benar-benar lengang. Kakiku melangkah secara otomatis ke bagian tengah jalan agar aku sedikit merasa lapang.
Gerimis sialan ini masih saja belum berhenti. Jaketku mulai lembab. Aku menengadahkan kepala ke atas, mencoba mencari-cari awan sialan yang masih saja menurunkan hujan, mencoba memelototinya, lalu mengusirnya agar aku tidak perlu kebasahan lagi. Sia-sia, tentu saja. Semua permukaan langit masih kelabu. Awan yang manapun ia aku tak tahu.
Kepalaku terus menengadah, kakiku terus melangkah.
Angin malam berhembus dingin menantangku, membuat bibirku hampir saja kelu. Aku hentikan langkahku tepat di bawah lampu di median jalan. Cahayanya sudah redup, mungkin beberapa hari lagi dia tidak akan bisa menyala lagi.
Angin malam terus berhembus.
Aku memejamkan mata, mencoba mendengar setiap bisikan alam yang dibawanya. Semua gelap seketika...

Desiran angin malam mengalun merdu ditelingaku, tetesan hujan membasuh wajahku.
Semua gelap.. Aku memicingkan mata sedikit karena silaunya cahaya lampu redup itu.
..karena kau dengan cahaya redupmu, kegelapan tidak berhasil membunuhku...
Cahaya.. terang.. benarkah kau menyelamatkan?
Kepalaku mulai terasa pegal terus menengadah dari tadi. Aku kembali memandang ke depan dan terus berjalan lagi.
Samar kulihat dua titik cahaya, bergerak dari jauh di depanku, semakin besar, terus mendekat, terus terus mendekat, terus mendekat, melaju ke arahku.
..apakah kau akan menyelamatkanku?
Tetapi aku terus melangkah menuju ke cahaya itu..

<< Home