December 31, 2004

Nocturno

 

Sudah hampir jam satu pagi. Sudah tidak ada lagi mobil yang melewati jalan ini.
Kenapa aku disini, katamu?
Ah tidak, tidak apa-apa dan tidak kenapa-kenapa. Aku hanya sedang malas berada di rumah. Lagipula aku juga lelah tidak bisa tidur belakangan ini jadi aku memutuskan untuk berjalan kaki keluar. Mungkin angin malam ini bisa menyegarkan dan membawaku tidur ke pelukan mimpi yang liar.
Sisa rintik hujan masih saja jatuh dari awan kelabu di atas sana. Aku tidak membawa payung, jaketku tidak terlalu basah. Aku langsung berteduh di emper toko ketika hujan mulai tadi. Sekitar jam dua belas kalau tidak salah. Itu berarti hampir sejam yang lalu. Tokonya sudah tutup entah sejak jam berapa.
Tidak ada orang lalu lalang ketika aku berteduh sebentar disana. Bahkan tidak ada orang sama sekali, kecuali seorang tua yang tidur sambil meringkuk kedinginan di atas kardus bekas yang tak bisa mengalahkan dinginnya lantai keramik di bawahnya.
Kupandang ia lekat. Kotor, lusuh, rambutnya berantakan, dan banyak lubang pada bajunya yang sudah kucel itu.
Hhhh... beginilah hidup. Untung saat ini aku bukanlah kau dan kau bukanlah aku, Pak Tua..
Terus aku duduk disitu, menanti kapan hujan akan berhenti.
Setiap tetes hujan... mengingatkan aku akan setiap tetes air mataku yang jatuh untukmu.
..ya, yang jatuh untukmu.
Angin malam berhembus pelan. Air hujan mulai tampias, walaupun belum bisa mengenai aku dan si Pak Tua.
Dingin mulai menggerayangiku.
Oh hujan, cepatlah reda.

<< Home