January 29, 2005

Mencintai Berarti ...Melepaskan

 



Sekejap aku hanya menggigit bibirku, merasakan hatiku yang keropos dilumat rayap kepedihan. Lalu sedikit demi sedikit jarinya mulai bergerak. Lambat. Perlahan. Ia membelai-belai pipi perempuan itu yang bersih dengan penuh cinta kasih. Air matanya merebak seperti embun membasahi pagi.

Aku mencintai kamu dengan tulus. Mencintai kamu tanpa perlu tahu apakah kamu mencintai aku, atau apakah kamu menganggap aku ada dalam kehidupanmu.
Aku ingin mencinta. Tidak peduli apakah kamu balas mencinta atau tidak.
Aku hanya ingin melihat kamu bahagia.

Dan ketika aku melihatmu lagi kini, aku melihat kebahagiaan ada di kedua bola matamu yang berwarna cokelat tua itu.
...walaupun aku tahu itu bukan karena cintaku.
...walaupun aku tahu kamu tidak memberi cinta kepadaku.
Tapi aku mencintaimu tulus, tanpa perlu kau balik mencintai aku.
Aku hanya ingin melihat kamu bahagia, agar aku juga bahagia melihatmu.

Kalau kau mengerti arti cinta sesungguhnya, desah lelaki itu terisak, seharusnya kau tak perlu bertanya lagi. Bukankah cinta adalah taman yang luas, tempat kita bebas berlari dan menjadi diri sendiri? Cinta merelakan dan melepaskan...
... cinta bersatu dalam perpisahan.

Dan ketika aku tahu.... Lelaki itu berhenti sejenak, mengambil nafas, lalu melanjutkan kata-katanya lagi.
Dan ketika aku tahu kamu lebih bahagia dengannya... aku rela melepaskanmu pergi. Mungkin kebahagiaan itulah yang kamu cari, dan kamu mendapatkan itu darinya, bukan dari aku.

Aku bahagia jika kau bahagia, bisik lelaki itu memaksakan senyum. Seperti matahari yang bersinar ditelan mendung.

Kalau kau bahagia bersama dia, aku rela kau berpaling padanya...



[terima kasih kepada Maroon 5 dengan “She Will Be Loved”-nya yang mau menambah-tambah suasana mellow di kamar ketika aku sedang menulis kisah ini
Sebagian paragraf dikutip dari novel “Lelaki Terindah” oleh Andrei Aksana]




<< Home