January 27, 2005

Sakit, pt.2

 



Sabtu, bulan Januari tanggal yang kedua puluh empat,
Kurang lebih pukul sebelas malam


...Hooeek!!
Itu muntahku yang ketiga hari ini. Ketujuh dalam tiga hari ini.
Tidak nafsu makan, dipaksakan makan, malah jadinya langsung dimuntahkan lagi.
Kepalaku masih berasa pening, badanku agak limbung, seluruh berat tubuhku ditopang oleh kedua tangan yang berpegang erat pada pinggir wastafel.
Aku menunduk, membasahi muka dengan sekali dua kali bilas air.
Lalu kuperhatikan wajahku di cermin wastafel.
Hmm, jelas sekali aku mengurus, entah... enam kilo lebih?
Masalah-masalah sialan itu sudah keterlaluan. Mengganggu nafsu makan saja. Sekarang hanya kuat makan satu kali sehari. Itupun nasinya cukup setengah saja. Kalau terlalu banyak gimana?
Ya itu tadi, muntah lagi.
Huff... badanku capek sekali. Kurang tidur belakangan ini. Masalah-masalah sialan itu juga sudah menyita banyak waktu tidurku. Aku jadi tidak bisa tidur.
Aku keluar dari kamar mandi.

Kamu kenapa?
Papa rupanya terbangun. Dia sudah tidur dari dua jam yang lalu. Dia menoleh ke arahku, memperhatikan setiap langkah gontaiku.
...nggak apa-apa, Pa. Tadi mules aja. Kayanya salah makan mungkin...
Berbohong. Bukan cara yang saya suka, tapi entah kenapa saya berbohong kali ini. Katanya setiap sepuluh menit seseorang berbicara, dia akan mengatakan kebohongan selama dua menit. Atau malah lebih parah, kejujuran selama dua menit saja? Saya pernah mengenal orang-orang yang separah itu sih.
Papa diam, tidak berkata apa-apa lagi. Kamar ini sepi, orang di tempat tidur sebelah sudah sembuh, jadi hanya Papa yang dirawat di kamar ini sekarang. Hanya aku yang menginap di sini.
Kapan kamu masuk kuliah lagi? Papa angkat suara kembali.
...awal Februari.
Terus Papa diam lagi.
Udahlah, Papa tidur aja lagi, ngapain juga bangun jam segini..
Papa menggeliat sedikit, mencoba untuk tidur kembali.

Aku duduk lagi di kursi di samping kaki Papa yang terbungkus selimut. Ah, aku pusing, aku capek, aku mengantuk. Terlalu banyak mengeluh, memang. Apa yang bisa aku lakukan sekarang selain mengeluh? Kepalaku pusing tidak bisa tidur.
Tidak kuat, mataku berat. Kepalaku jatuh di atas selimut. Jatuh begitu saja. Di sebelah kaki Papa.
Mimpiku aneh, absurd, abstrak, aku susah jelaskan. Mimpi teraneh yang pernah aku lihat. Semua hal berkelebat, tapi dalam sentuhan cat air.
Aku terbangun sebentar, membalas sms dan menerima telepon, sepertinya. Atau aku hanya bermimpi? Tapi ketika aku (merasa) tidur kembali, mimpi absurd itu terjadi lagi.
Yang penting aku bisa tidur malam ini, masa bodoh. Aku tidur nyenyak.
Hingga pagi. Aku terbangun jam enam pagi dengan sakit leher yang sungguh menyiksa.



<< Home