January 21, 2005

Sakit.

 

Tadi pagi Papa check-up ke rumah sakit. Benjolan di bawah telinga kirinya yang tadinya kecil seperti gara-gara orang kejeduk pintu, kini sudah membesar dan membengkak sampai ke rahang luarnya. Tadinya dikira tidak apa-apa, ternyata berakhir begini. Jadinya Mama mengantar Papa ke rumah sakit untuk periksa.
Akhirnya Papa harus diopname, entah sampai beberapa hari.
Penyakitnya? Entah, kata dokter sih ada virus yang pokoknya-bagaimana-pun-caranya bisa membuat itu benjol sampai jadi bengkak.
Padahal dokter botak itu sama sekali tidak melakukan apa, hanya lihat -> pikir -> virus! Memang sebegitu canggihnya ya dokter sekarang? Sudah nggak perlu pakai stetoskop atau termometer lagi?
Saya kira-kira sih itu tumor atau kanker. Entahlah mana yang benar.

Rumah sakit brengsek itu juga belum mau kasih tahu berapa lama Papa harus menginap disana, tunggu sampai penyakitnya sudah mendingan kata mereka.
Ya iya, tapi sampai kapan?
Makin lama menginap berarti makin banyak biaya yang harus dibayar, bukan?

Sial. Tabungan saya sudah habis. Entah tinggal berapa bulan lagi tabungan Papa dan Mama juga habis.
Uang mereka masih cukup untuk bisa “menyewa” kamar tidur kelas I, yang isi satu kamar dibagi buat dua pasien. Tidak terlalu privat tapi kamarnya lebih bersih dan lega daripada kamar kelas II atau kelas yang di bawah lagi.

Tapi lagi setelah itu bagaimana? Saya ragu kami bisa makan dengan “enak” lagi. Ya, minimal makan tiga kali seharilah. Entah. Entah. Entah...

Apalagi saya akan terserang tipus lagi bulan Juni nanti. Biasa, penyakit musiman. Semenjak pindah ke Bandung, setiap tahun selalu begitu, dan akhirnya diopname (saya menamakannya virus bulan Juni). Mungkin setiap bulan Juni Bandung mengeluarkan aura yang sangat positif dan sangat bertentangan dengan aura negatif saya. Kata Gidds, Bandung sentimen aja sama lo kali. Kesentimannya selalu membuat saya kalah dan akhirnya tinggal muntah-muntah. Ujung-ujungnya diopname lagi.
Tinggal duit saja yang habis bayar “sewa kamar” gara-gara diopname seminggu.

Yah yah yah
duit duit du it
habis bis bis...
Sial. Betul memang apa kata orang-orang yang pernah miskin dan atau yang masih miskin.
Biar miskin yang penting tidak sakit, biar tidak tambah miskin.

<< Home