January 03, 2005

What's The Story (Morning Glory) ?

 

Aku memicingkan mata. Sinar matahari menerobos masuk dari balik jendela.
...sudah pagi?
Aku menerawang ke langit-langit. Mataku masih menyesuaikan diri dengan cahaya pagi ini.
Aku menoleh ke kanan, mencoba mencari-cari jam tanganku.
Sudah jam berapa ini?
Kulihat sudah jam sembilan lebih.
Aku menoleh ke arah sebaliknya. Setengah bagian tempat tidur itu sudah kosong, tapi masih belum rapi.
...kemana dia?
Entahlah, dia sudah pergi dari pagi tadi mungkin. Ternyata hanya aku sendiri yang ada di kamar ini.
...atau semalam itu cuma mimpi belaka?
Aku bangun sambil berjalan telanjang ke kamar mandi. Bau alkohol masih saja menyebar dari mulutku. Kuraih moutwash yang ada di sebelah wastafel, lalu berkumur dan menyikat gigiku.
Kuputar kran sehingga keluar airnya, lalu membasuh muka sedikit dengan itu.
...airnya dingin sekali, membuatku bisa merasakan setiap pori-pori kulit mukaku mengejang kedinginan.
Kutatap wajah yang terpantul di cermin besar di depanku. Wajahnya masih setengah basah. Ia telanjang, tidak mengenakan apa-apa. Matanya kosong, entah apa yang ia pikirkan. Aku mencoba menduga-duga.
...ah sudahlah, lebih baik aku bergegas pulang saja.
Aku langsung meraih jam tangan di meja tadi sambil mencari-cari dimana aku membuang pakaianku semalam.
..oh itu dia. Aku melihat lengan panjang kemeja yang menjulur keluar dari balik ranjang. Aku segera mengambilnya. Memakainya. Juga celananya. Lalu sepatuku.
Kuraba-raba saku celanaku. Hp dan dompet masih ada disitu.
Aku segera keluar dan mengunci pintu. Kukembalikan kunci pada resepsionis di bawah dan membayar tagihan kamar.
Aku masuk ke dalam mobilku, menyalakan mesinnya, lalu pergi dari hotel itu.

* * *

Jalanan tidak terlalu macet, hanya padat tapi terus bergerak lambat-lambat.
..hhh, aku paling tidak suka dengan hal seperti ini, walaupun ini masih jauh lebih baik daripada macet sama sekali.
Aku menyandarkan kepalaku di kaca. Lagu Morning Glory-nya Oasis masih terdengar dari radio.
...terlalu berisik untuk pagi ini.
Kumatikan saja radionya.
Mobilku terus berjalan lambat ke selatan. Kapan jalan ini bakal sepi sih?
Aku menengok keluar. Tidak ada yang spesial, sama saja seperti biasanya.
Aku menengadahkan kepala. Hmm, tidak mendung seperti biasanya. Awan putih seputih kapas seputih susu rasa vanilla berarak-arak di langit yang biru. Di langit yang biru... mengingatkankanku pada lagu Pelangi yang sering kunyanyikan dulu.
merah, kuning, hijau, di langit yang biru...
Ya, walaupun tidak ada pelangi saat ini.
Tapi lumayan cerah untuk sebuah pagi.
Membuatku jadi ingin membeli novel baru. Kudengar Seno sudah mengeluarkan satu lagi buku, kalau aku tidak salah dengar. Kalaupun salah, tak apa-apalah. Toh, aku juga bisa membeli yang lain.
Pokoknya aku ingin membeli novel baru. Atau buku. Atau apapun itu. Mumpung sebentar lagi lewat Gramedia.
Mobilku terus berjalan perlahan. Sebentar lagi Gramedia. Tinggal beberapa meter lagi sebelum aku membelokkan mobilku masuk ke tempat parkir.
Setelah beberapa meter tadi, aku membelokkan mobilku mencoba masuk tempat parkir. Gerbangnya tertutup. Tempat parkirnya malahan kosong jika dilihat dari luar begini. Atau jangan-jangan tutup?
...ah sial, sekarang tanggal satu.
Aku tidak jadi membelokkan mobil. Kuarahkan kembali memasuki lalu lintas yang masih saja padat dan masih saja bergerak lambat. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan, sepertinya semua tempat tutup pagi ini. Itu berarti aku akan langsung pulang ke rumah saja.
Sial.
...
Hhh... aku benci tahun baru.

<< Home