September 10, 2005

Symmetry

 



Lelaki itu sedang terbaring di atas ranjang.
Ia mencoba berpikir, tapi pikirannya malah membuatnya bingung.
Tidak, bukan karena dia akan bertemu Nicholas Saputra yang akan datang jadi bintang tamu di acara yang diadakan akhir pekan ini.
Bukan itu.

Ia sedang... jatuh cinta.

Kamarnya serasa sedang dipenuhi sebuah lagu, sebuah lagu yang terus berputar-putar di benaknya. Lagu orang kasmaran, lagu orang yang sedang jatuh cinta.

Hanya satu yang tidak pernah terpikirkan olehnya,
...mengapa ia jatuh cinta kepadanya?
...kepada dia?

Bukan, bukan karena perempuan itu tidak cantik seperti Mariana Renatta yang tidak jadi akan datang menjadi bintang tamu yang akan diadakan akhir pekan ini.
Bukan karena itu.

Tapi karena dia telah mencuri hatinya tanpa pernah ia tahu. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan dia berada di hatinya itu. Dia yang dengan santainya malah duduk-duduk di situ sambil menikmati segelas ice cappucinno.
Saat itu, ia hanya sekilas melihat hatinya, sekelebatan saja. Dan ia menjadi terkejut ketika melihat dia sedang melihatnya dari situ.
[Dia sedang menyeruput segelas ice cappucinno.]

Ia bertanya, sedang apa kau duduk di sini?Dia menjawab, aku sedang menghabiskan waktu melihat isi hatimu..
Ia keheranan, sejak kapan kau berada di situ? Mengapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?
Lalu dia menjawab lagi, aku telah berada di sini sejak seminggu yang lalu, kau yang terlalu sibuk dengan dirimu sendiri tanpa pernah memeriksa hatimu sekali-sekali. Waktu itu aku lewat sebentar, kulihat ia terbuka, lalu aku masuk saja ke dalamnya...
Tapi, bagaimana kau bisa masuk ke dalamnya?Kan sudah kukatakan tadi, pintunya terbuka...

Ia terdiam.
Dia sekarang terlihat kecil seperti peri.
Hanya saja tanpa sayap.
Dan dandanannya juga berbeda. Mana ada peri yang memakai sepatu converse di kakinya.

Dia masih melihatnya sambil memegang gelas berisi ice cappucinno yang tidak habis-habis, kali ini dia tidak menyeruputnya.

Ia masih melihatnya memegang gelas berisi ice cappucinno yang sepertinya tidak akan pernah habis ia seruput, namun kali ini dia tidak menyeruputnya.

Lama mereka berpandangan dalam keheningan.
Saat inilah saat dimana waktu terasa berjalan lambat sekali bagai seolah-olah direkam dan diputar kembali dalam kecepatan slow motion.
Saat inilah saat dimana scoring berhenti, meniadakan semua suara sehingga yang ada hanyalah keheningan belaka, keheningan semata. Yang ada hanyalah suara nafas dan detak jantung mereka berdua saja.
Oh betapa dramatisnya.

Bolehkah aku berada di sini? akhirnya ia bertanya.
...
Sebentar saja?
Lalu ia menjawab,
aku tidak mau, tapi untuk saat ini, lakukanlah apa yang kau mau..

Aku lelah, aku ingin tidur dulu.

Detik berikutnya, ia tertidur.
Lagu cinta itu masih terus terdengar hingga ke rumah tetangga sebelah, membuat suasana malam larut semakin hanyut.
[Ia hanyut ke dalam ketenangan malam dalam mimpinya]
Sementara, lagu itu terus bersuara.

Bisakah kamu mendengarnya?
Jika bisa, mungkin kamu juga sedang jatuh cinta...


<< Home