September 27, 2005

Wanita yang Mencintai Jeruk Dengan Sepenuh Hati

 

Wanita itu mencintai jeruk dengan sepenuh hati.
Sebagai salah satu bentuk cintanya kepada jeruk, ia ingin sekali membuat kebun jeruk di rumahnya. Tapi karena halaman rumahnya kecil, jadinya ia memelihara sebuah pohon jeruk yang ditempatkan di dalam pot. Pot itu diletakkannya di balkon kamarnya di lantai dua.
Tiap hari tak henti-hentinya ia duduk di balkon sambil memandangi pohon jeruknya itu.
Wanita itu merasa begitu mencintai pohon jeruknya. Begitu juga dengan pohon jeruknya, ia merasa sangat dicintai oleh wanita itu.

Setiap hari wanita itu menyirami dan memupuki pohon jeruknya. Setiap hari pohon jeruknya menghasilkan sebuah jeruk yang siap dipetik untuknya.
Wanita itu menyukai jeruk yang dihasilkan oleh pohon jeruknya. Rasanya begitu manis, tanpa biji pula. Tiada jeruk lain di dunia ini yang bisa menyaingi rasa jeruk tersebut. Pernah ada bos dari perusahaan jus jeruk yang datang ke rumahnya hendak membeli pohon jeruk itu dengan harga yang sangat mahal, sampai 500 juta rupiah! Bahkan ia dijanjikan untuk diberikan sebuah kebun jeruk hingga berhektar-hektar luasnya. Tapi ia tetap tidak mau menjual pohon jeruk dalam pot itu. Ia terlanjur mencintai pohon jeruknya.

Sebagai rasa terima kasih atas perhatian si wanita, pohon jeruk itu selalu menghasilkan jeruk yang siap dipetik, satu buah setiap harinya. Pohon jeruk itu sangat mencintai wanitanya. Pernah ada bos perusahaan jus jeruk yang datang ke rumah si wanita, mau membeli dirinya dengan harga yang sangat mahal, sampai 500 juta rupiah! Bahkan wanita itu dijanjikan untuk diberikan sebuah kebun jeruk hingga berhektar-hektar luasnya. Tapi wanita itu tetap tidak mau menjual dirinya. Ia sangat mencintai si wanita.

Hingga suatu hari ketika wanita itu sedang memandangi pohon jeruk itu seperti biasanya, mata wanita itu melihat sesosok lelaki di dalam rumah di seberang jalan, tepat di seberang balkonnya. Melalui pintu balkonnya yang sedang terbuka lebar, wanita itu melihat sang lelaki berdiri di dalam kamarnya itu entah sedang melihat apa. Lelaki itu memakan sebuah apel. Apel yang tidak pernah ia sukai, namun lelaki itu telah memikat hatinya.

Semenjak hari itu, wanita itu selalu ke balkon untuk memandangi lelaki itu pada jam yang sama dengan jam ketika ia memandangi pohon jeruknya. Kini, ia hanya memandangi pohon jeruknya sebentar saja karena terlalu lama memperhatikan lelaki itu.

Semenjak hari itu, pohon jeruknya menjadi sedih. Ia tidak lagi merasa diperhatikan oleh si wanita. Semuanya gara-gara lelaki yang berada di seberang jalan itu. Sekarang, si wanita lebih memilih memandangi lelaki itu daripada memandanginya. Tak lagi ia disirami si wanita. Batang-batangnya menjadi lemah, daunnya selalu terlihat kusam, tak lagi hijau seperti biasanya. Bahkan sekarang buah yang ia hasilkan selalu keriput, dan terkadang rasanya terlalu asam. Tapi wanita itu tidak pernah mengambil buah jeruknya lagi. Wanita itu telah menelantarkannya.

Wanita itu sekarang tidak pernah mengambil lagi jeruk yang dihasilkan pohon jeruknya. Wanita itu tidak pernah lagi memandangi pohon jeruknya. Sekarang wanita itu lebih memilih untuk memandangi lelaki yang memakan apel di seberang jalan. Wanita itu telah jatuh cinta. Ia tidak lagi mencintai pohon jeruknya. Sekarang semua cinta di hatinya telah ia berikan kepada lelaki di rumah seberang yang suka memakan apel...


<< Home