July 25, 2006

Okay,
sebagai seorang blogger saya harus terus konsisten menulis.
Daripada Badu protes lagi ke saya
("Gimana nih blognya? Nggak diupdate lagi?"
"..Iye, iye..")
, terpaksa saya menulis.
Tapi sekarang saya tidak tahu mau menulis apa,
jadi saya akan menceritakan kejadian sehari-hari saja untuk kali ini, buat persiapan mental artis yang setiap hari harus rela diekspose acara infotainment sampai mampus.
Siapa yang tahu besok saya jadi aktor sinetron?
*yeayea..*

* * *
Satu.
Saya benci sekali anak kecil.
Apanya?
Semuanya.
Mulai dari kesoklucuan mereka, suara berisik mereka, dan kebanyaktingkahannya juga.
Dan tadi pagi ada saudara saya yang masih kecil, 6 tahun kali ya, masuk ke kamar di saat saya sedang melakukan ritual banguntidur - bacakomik seperti biasa.
Saya yang masih santai di kasur,
...anak kecil..
otomatis kaget,
HuH???
walaupun masih dalam pose tiduran menyamping sambil baca komik. Tapi mata saya tidak berhenti menatap dia dengan penuh kebencian.

Pertama karena dia telah masuk kamar saya dan saya tidak suka ada orang masuk kamar saya seenaknya,
yang kedua karena dia telah menyentuh komik2 saya di samping kasur dan saya tidak suka barang-barang saya dipegang-pegang orang lain seenaknya,
dan yang ketiga karena dia seorang anak kecil.
Alasan yang ketiga sebenarnya sudah cukup bagi saya, tapi banyak orang merasa aneh karena saya tidak menyukai anak kecil.

"Lo dulu anak kecil juga gitu..."
"Itu kan sudah kodrat darisanany, gua harus jadi anak kecil."
"Ntar kalo lo punya anak gimana?"
"...siapa bilang gua mau punya anak? Gua kan bisa memilih untuk punya anak kecil atau nggak..."
"Tapi anak kecil itu lucu banget tau."
"Nggak. Mereka pura-pura lucu aja. Jangan sampai tertipu..."
Dan setiap pembicaraan saya dengan siapapun tentang anak kecil selalu berakhir seperti itu.

Dengan muka (sok) polosnya, dia melihat ke tumpukan komik yang ada di samping kasur lalu membaca-baca komik yang ada di situ, tanpa merasa sadar akan adanya tatapan membunuh dari kasur yang siap menikam..
sampai Mama tiba-tiba muncul di pintu kamar. Terus ngeliatin.
Dan saya memberi kode dalam kesunyian dengan tatapan tadi, kurang lebih artinya seperti ini:
...ini anak kecil darimana ngapain ada di sini dan tolong cepat dibawa pergi sebelum lima menit lagi dia mati...
Mama, yang tentu saja mengerti arti kode tatapan mata tadi langsung mengajak anak kecil itu ke bawah bermain-main dengan anjing saya.

Sial. Ternyata Tante dari Jakarta bermain ke Bandung rupanya.
Pakai acara nginap pula.
Berarti masih ada anak kecil di rumah sampai weekend ini.
Sial.

<< Home