November 20, 2006

Balada Joni dan Julia di Atas Motor

 

Julia.
Suka naik motor. Tidak tanggung-tanggung: Thunder yang kalau dinaiki membuat badannya yang kecil makin terlihat mungil. Yang juga kalau dinaiki membuat para lelaki yang mendekati menjadi kecil hati mengurungkan niat mendekat lalu pergi.
Hal yang membuat Julia kesal setengah mati.

Pada suatu hari Julia pulang dengan motor Thunder kesayangannya. Ia terkejut. Di depan rumahnya duduk seorang Joni. Tampang Joni diam seperti memikirkan kata-kata. Joni diam seribu bahasa. Apalagi Julia, yang takut Joni akan berkata menghina seperti lelaki lainnya:
Ih, cewe kok naik motor Thunder. Nggak pantes!
Julia mendekati Joni. Tampang Joni masih menunjukkan kebingungan. Tampang Julia menunjukkan kegelisahan. Lalu Joni berkata:
Bwahaha, cewe kok naik motor Thunder. Lucu!
Julia ternganga. Karena tidak mengira Joni akan tertawa. Namun dalam hati merasa lega, lega karena Joni menerima dirinya apa adanya dan bukan ada apanya.


Joni.
Joni tidak pernah bisa naik motor. Teman-teman Joni kadang mencerca,
Cowo kok nggak bisa naik motor?!
Hal yang membuat Joni bingung: sejak kapan gender menjadi pertimbangan bisa naik motor atau tidak? Bukannya tidak mau, ia hanya merasa itu tidak perlu. Toh ia tidak punya motor dan tidak punya SIM C, katanya. Katanya juga,
Buat apa ada supir angkot?
Dasar Joni cuek setengah mati. Sangat tidak peduli.

Pertama kali Joni melihat Julia pulang ke rumahnya menaiki motor Thunder kesayangan Julia itu, Joni diam seribu bahasa. Ia hanya berpikir,
wow, motornya bagus..
Dan juga,
wow, dia jadi terlihat kecil sekali...
Dan pikiran lain seperti,
wow, saya lapar, ngantuk pula belum tidur dua hari..
Membuatnya menghasilkan mimik bingung nan autis sebelum Joni sadar kalau Julia mendekati. Tampang Julia menunjukkan kegelisahan, mungkin grogi. Lalu Joni berkata:
Bwahaha, cewe kok naik motor Thunder. Lucu!
Dasar Joni seperti orang gila. Mikir saja kok lama. Otak Joni memang sedikit berlebihan. Julia ternganga. Karena tidak mengira Joni akan tertawa. Namun dalam hati merasa lega, lega karena Joni menerima dirinya apa adanya dan bukan ada apanya.

Jadilah malam minggu itu mereka pergi nonton ke bioskop. Naik motor Julia. Tentu saja Julia menyetir motor dan Joni dibelakangnya. Udara malam dingin menghembus mereka di jembatan layang Pasupati. Joni melihat-lihat ke kanan kiri. Banyak pasangan yang sedang pacaran di pinggir jembatan. Saling berpelukan.
Lalu Joni memeluk Julia dari belakang. Tapi Julia protes, katanya, geli. Joni menarik tangannya lagi lalu tertawa kecil. Joni senang sekali. Akan dia ingat malam ini.

<< Home