February 28, 2007

Dearest Ophelia,

 

Mungkin kamu sekarang benci padaku, aku tidak ingin surat ini menjadi sebuah kata-kata memojokkan atau dengan nada kebencian, atau sebuah pembelaan. Tapi aku mengatakan ini hanya untuk kamu dan kebaikan kamu.

Kata-kata kamu benar, kamu berubah menjadi seseorang yang mungkin kamu sendiri tidak tahu.

Ophelia sekarang merasa kuat dan bahagia, tapi kenapa aku selalu melihat kesedihan di matanya? Kesedihan yang timbul dari perasaan terluka karena harus menjadi apa yang orang lain mau, bukan apa yang ia sendiri mau. Perasaan yang didapat Ophelia dari cara orang menghargainya, bukan cara ia menghargai dirinya sendiri.

Tidak seperti Julia, yang matanya bersinar cemerlang dengan asa yang tetap menyala walaupun dunia menentangnya.

Julia selalu membuktikan kalau dunia salah, Ophelia,

Ia tidak menyerah bahkan tidak berhenti ketika dunia menertawakannya. Maka aku akan menopangnya agar jangan dia lelah, agar jangan pernah ia berpikir untuk menyerah kepada dunia.

Bersama, aku dan dia akan berjalan, bergandengan, untuk saling menjaga dan berbagi cerita.

Kamu mengira kalau kamu kuat, tetapi itu hanyalah salah satu bentuk penyangkalan karena takut kamu dikecewakan orang-orang, kamu takut pandangan mereka berubah jika kamu terlihat lemah, Ophelia. Tapi kenyataannya kamu lemah. Julia jauh lebih kuat darimu.

[Aku tulus melihatnya, dengan segala kekuatan dan kelemahan dia.]

[Aku memuji kekuatan Julia, aku mengagumi dia dengan motor besarnya, dengan gayanya yang tomboy, dengan kesibukannya, dengan perhatiannya.

Jika lelah, Julia bersandar dan menceritakan hal-hal yang membebaninya. Aku akan mendengarkan ceritanya hingga habis, dan kemudian memeluknya atau memainkan bibirnya hingga dia tertawa.]

Mengertikah kamu, Ophelia? Dengarkanlah kata hatimu, jangan biarkan orang-orang itu mencuri kata hatimu dari dirimu sendiri sehingga kau tidak bisa mendengarnya.

Tapi aku akan menjadi apa yang kamu minta.

Joni.

<< Home